Selamat Datang di Sumatra Utara
Danau
Toba merupakan salah satu tujuan wisata terpopuler di Indonesia bagi wisatawan
dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu, liburan kali ini saya memutuskan
untuk traveling danau Toba yang
merupakan danau terluas se Asia Tenggara. Perjalanan saya mulai dengan menggunakan
pesawat dari Palembang menuju Medan. Setelah dua jam berada di pesawat,
akhirnya saya tiba di Bandar Udara Internasional Kualanamu, ternyata bandara
ini sangat megah dan besar, saya sangat takjub melihat sekeliling bandara ini.
Saya keluar dan duduk kursi teras didepan ruang terminal kedatangan domestik
sambil menunggu sobat trip saya kali
ini dari Padang, namanya Danang dan Mardhi. Tepat pukul 09.45 WIB akhirnya
mereka tiba, kami langsung bergegas mencari mini bus travel murah menuju Danau Toba. Mengingat di kota medan ada
beberapa destinasi bangunan menarik, kami meminta pak supir untuk lewat Masjid
Raya AL-Mashun Medan dan Istana Maimun. Rencananya setelah berpetualang dari Danau
Toba kami akan Backpacker-an di Kota
Medan beberapa hari. Tapi saat ini cukup melihat sekilas saja dulu, sekarang waktunya
kami menikmati lima jam perjalanan menuju Danau Toba.
|
Foto di Danau Toba (Dokumentasi Pribadi Rudi Hartono) |
Danau Toba, Penginapan Murah dan Makan
Arsik
Matahari
mulai meredup diufuk timur, pancaran sinar jingga menutupi langit dan
memantulkannya kepermukaan air Danau Toba, sekilas kami terbawa keheningan sunset dari perbukitan. Sangat
menakjubkan…! Itulah kata yang seketika terucap perlahan, bergegas saja saya
menyiapkan kamera untuk mengabadikan momen langkah ini. Pukul 18.30 WIB
akhirnya kami sampai di Parapat, kelurahan kecil dipinggiran Danau Toba,
setelah menurunkan tas kami segera mencari penginapan murah yang harganya Rp.
140.000,-. Di Parapat memang sangat banyak ditemukan penginapan dari yang paket
hemat hingga kelas mewah, semua terserah pada pilihan para pelancong yang
datang. Setelah mendapatkan kunci kamar, saya membersikan diri dan menyempatkan
diri untuk Sholat, setelah itu kami bergegas mencari makan, maklum perut kami
belum terisi nasi sejak pesawat landing
di Kualanamu. Dari kejauhan tampak rumah makan kecil, kami masuk dan
melihat-lihat makanan yang ada dietalasenya.
“Bu,
Ikan nila itu, besar-besar kali ikanya ?” tanya saya, sambal belajar Bahasa
Batak.
“Iya
Dek, ini Ikan nila dari tambak warga Danau Toba” dengan dialek Batak ibu
menjelaskan.
Jenis
ikan yang dijual memang terlihat besar-besar, karena air Danau Toba masih dalam
kondisi baik. Malam ini kami sangat beruntung di rumah makan ini tersedia menu “arsik”
yakni masakan ikan mas bumbu kuning, karena agak sulit berjumpa dengan masakan
ini saat malam hari, yang menarik dari masakan ini adalah tambahan bumbu khas “merica
batak” yakni buah andaliman. Oya… buah andaliman merupakan buah yang satu
keluarga dengan jeruk-jerukan yang tidak pernah terlewatkan dalam masakan arsik
maupun saksang, aroma jeruk yang lembut namun “menggigit” sehingga menimbulkan
keluh atau mati rasa pada lidah. Rugi saya kalau tidak mencoba masakan khas
Batak ini, rasanya pun “mantap kali”. Jika kalian berkunjung kesini harus
mencoba masakan ini. Malam pun semakin larut, setelah makan dan menikmati
suasana malam di Parapat, kami menuju penginapan, menyiapkan rencana traveling besok dan beristirahat.
Parapat : Geliat Wisata yang Tak Pernah
Pudar
Pagi hari kami sudah menenteng tas dan berjalan
kaki, tujuan traveling hari ini
adalah jelajah Parapat. Parapat (Prapat
dalam bahasa setempat) adalah sebuah kelurahan di kecamatan Girsang Sipangan
Bolon, kabupaten Simalungun, Sumatra Utara. Tempat ini merupakan kawasan wisata
pegunungan dan danau yang terkenal baik dalam maupun luar negeri, di Parapat
kita dapat menikmati keindahan Danau Toba dari berbagai sudut, dan dari sini
juga wisatawan dapat menyebrangi Danau Toba menuju ke Pulau Samosir.
Pada saat kami berkeliling Parapat, kami
melihat banyak keramaian, ternyata pada hari Rabu berlangsung hari pasar
sehingga kami dapat melihat berbagai barang yang dijual oleh pedagang. Sayang
kami tidak datang pada bulan juni, karena pada pertengahan bulan selalu
diadakan festival Danau Toba. Pada festival yang berlangsung selama satu minggu
tersebut banyak kegiatan yag dilakukan, diantaranya pertunjukan kesenian Batak,
perlombaan perahu dan berbagai pernak-pernik barang khas yang dijual.
Beberapa tempat wisata lainya yang bisa
dikunjungi di Parapat adalah Pantai Kasih, Pantai Ujung, dan Batu Gantung,
ketiga pantai tersebut merupakan tempat dimana kita bisa berenang dan menikmati
sejuknya air Danau Toba. Di parapat juga terdapat rumah pengasingan mantan
Presiden RI yang pertama, Sukarno, meski tidak banyak orang yang tahu
keberadaanya. Selain itu, jika tertarik dengan kain tradisional Batak, yang dikenal
sebagai kain ulos kita dapat membelinya di Parapat atau di Pulau Samosir,
sementara untuk sentra penenunan kain ulos berada di Desa Labuhan Garaga,
sekitar 25 km dari parapat.
Lelah berkeliling Parapat, kami pulang
menuju penginapan kembali. Sinar matahari sore lembut menyapa kami, sunset di
Danau Toba begitu mempesona. Besok perjalanan kami pasti lebih seru dan menyenangkan
di Pulau Samosir.
Pulau Samosir : Pulau Unik
Penuh Pesona
Pagi-pagi sekali kami sudah berada di
pelabuhan Ajibata untuk melanjutkan traveling
ke Pulau Samosir, Di Parapat ada dua pelabuhan yang akan membawa penumpang ke pulau
samosir yakni pelabuhan Ajibata dan pelabuhan Tigaraja. Penyeberangan dengan
kapal feri memakan waktu sekitar 30 menit, kami sangat menikmati suasana.
Foto-foto dan melihat hamparan bukit hijau disekitar Danau Toba. Oya… Danau Toba
memiliki luas 1.130 kilometer persegi dan kedalaman sekitar 505 meter.
terbentuknya danau menakjubkan ini diperkirakan karena ledakan sekitar 75.000 tahun
lalu yang berasal dari letusan supervolcan.
Bersandarnya kapal di dermaga menandakan
bahwa kami telah sampai di pulau Samosir, Tuk-Tuk nama pelabuhannya. Sambil
berjalan mencari penginapan murah, kami menyempatkan diri berfoto bersama.
Wah…! begini rasanya berada di pulau dalam pulau, menakjubkan, apalagi warga
disini sangat ramah-ramah. Pulau samosir sendiri memiliki luas 630 kilometer
persegi, memiliki panorama yang sangat Indah. Disini banyak penjual souvenir, cindramata
dan oleh-oleh khas pulau Samosir.
Danau Toba telah menjadi pariwisata
unggulan di Sumatra Utara, yang banyak membantu perekonomian warga setempat,
sehingga warga memiliki penghasilan tambahan selain dari pertanian dan
perikanan. Di pulau Samosir nuansa Batak begitu terasa, terlihat dari bangunan
di setiap rumah warga. Jika kita pergi ke desa Tomok maka kita akan menjumpai
rumah Bolon yang penuh dengan unsur kebudayaan Batak. Suasana magis juga terasa
di pulau Samosir, hal ini terlihat pada banyaknya makam-makam di sekitar pulau,
makam ini juga unik dan memiliki ciri khas tersendiri sesuai marga dan status
keluarganya. Kuburan bagi masyarakat adat pulau Samosir merupakan prasasti atau
monumen yang sangat berharga, sebagai wujud penghormatan mereka terhadap
pendahulunya.
Berbagai wisata lainya yang dapat kita
nikmati di pulau ini seperti tarian Si Gale-Gale, melihat makam para raja yang
tersebar di pulau samosir, pemandian air panas Samosir, air terjun Simangade,
bukit Beta, Aek Natonag dan berbagai wisata lainya yang penuh nilai kebudayaan
dan sejarah. Selain itu keindahan alam di pulau Samosir jangan sampai
terlewatkan. Urusan oleh-oleh, souvenir dan cindramata di pulau Samosir
juaranya, sudah banyak yang menjual dengan harga yang cukup terjangkau dan
murah.
Dua hari sudah kami berada di pulau
Samosir, waktunya untuk melanjutkan perjalanan ke kota Medan, kami pun bergegas
pulang dengan naik kapal feri dari pelabuhan Tuk-Tuk. Perjalanan kali ini
banyak memberikan kesan yang mendalam, pelajaran dan pengalaman berharga. Danau
Toba memberikan berjuta manfaat dan menghidupkan perekonomian bagi warga yang
tinggal dan menetap disana. Daerah ini memiliki kebudayaan unik dan cita rasa
kuliner khas yang hanya bisa kita temui disini. Tidak cukup rasanya empat hari
menjelajah di danau Toba. Suatu hari nanti kami pasti datang kembali untuk
menjelajahi pesona terbaik Indonesia di pulau Sumatra Utara ini.