Ilustrasi "Menanam Jagung" foto by Rudi Hartono |
Jumat, 16 September 2016
Bercocok Tanam di Surga
Bertanam merupakan salah
satu hobi yang menyenangkan, ketika kita melihat tanaman itu tumbuh,
berkembang, berbuah hingga kita dapat memetik hasilnya. Hai ini merupakan
kepuasan tersendiri, apalagi bila tanaman tersebut dapat bermanfaat bagi orang
lain disekitar kita. Kabar baik, ternyata di Surga kita bisa bercocok tanam,
tentu atas seizin Allah SWT, berikut ini kisahnya dalam sebuah riwayat :
Ahmad meriwayatkan dari Abu
Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa
pada suatu hari Rasulullah Shallaallahu
Alaihi wa Sallam bercerita. Saat itu di sisi belaiu ada seorang Badui.
Sabda Beliau :
“Sesungguhnya ada seorang
penghuni surge meminta izin kepada Tuhan-nya Azza wa Jalla untuk bercocok tanam. Maka tuhanya bertanya
kepadanya, ‘Bukankah sudah tersedia apa saja yang kau sukai?’
‘Benar,; jawab laki-laki
itu, ‘Tetapi saya gemar bercocok tanam.’
Rasul bersabda (melanjutkan
ceritanya) : Orang itu pun menanam. Maka tanamanya ternyata cepat sekali
tumbuh, tegak dan berbuah. Tanaman itu menjadi bergunung-gunung.
Rasul bersabda: Oleh karena
itu, Tuhan Azza wa Jalla berfirman
kepada orang itu: ‘Ambilah, hai anak Adam. Sesunguhnya tidak ada lagi apapun
yang membuatmu kenyang.’
Abu Hurairah berkata,
(mendengar cerita itu), maka berkatalah orang Badui itu, ‘Kami lihat penghuni surga
itu pasti orang Quraisy atau orang Anshar, karena mereka adalh petani, gemar
bercocok tanam. Sedang kami bukanlah petani.’
Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pun tertawa.”(1)
(1) H.R.
Ahmad dalam Musnadnya 2/511, 512, dan Al-Bukhari dalam Sahihnya 9/151.
Di kutip dari :
Ibnu Katsir “Huru Hara Hari Kiamat”. Halaman
471. Penerbit Pusataka Al-Kautsar
Selasa, 30 Agustus 2016
Pengalaman Berharga Workshop Jurnalis Trans7
Kelompok 3 bersama Mentor Produser Trans7 |
Dunia
broadceasting atau pertelevisian masih menjadi hiburan paling diminati bagi semua
kalangan masyarakat Indonesia. Peluang usaha dan karier dalam dunia ini masih
terbuka lebar. Hal ini juga menjadi salah satu alasan saya mengikuti kegiatan
workshop trans7 di Palembang yang di selengarakan pada tanggal 11 dan 12
Agustus 2016. Alhamdulillah saya
mendapatkan begitu banyak pengalaman dan pengetahuan baru akan dunia
broadcasting mulai dari Dubbing, Kameramen (Campers), Drone, Menulis Berita,
Editing, Etika Jurnalisme, Suka Duka menjadi Jurnalis, News Ancor dan berkesempatan
bertemu dengan News Ancor Redaksi serta beberapa host program Tahu Gak sih dan
Eksis Abis.
Berbagai
kegiatan selama dua hari tersebut memang sangat menyita waktu, terlebih saya
yang harus PP Indralaya – Palembang (berangkat setelah subuh dan pulang setelah
Isak), namun saya sangat menikmati setiap proses dan pengalaman yang saya
dapatkan dari kegiatan tersebut. Walaupun sebenarnya saya sedih karena tidak
bisa menghadiri acara penting sahabat saya “Adhis” di FKIP Universitas Sriwijaya
yang saat itu menjadi narasumber Seminar Beasiswa LPDP. Namun, semoga apa yang
saya dapatkan dalam berbagai kegiatan tersebut dapat berguna dikemudian hari
bagi saya dan lingkungan sekitar. Terlebih media elektronik saat ini sangat
berpengaruh terhadap dunia.
Suasana Kelas Editing bersama Kru Trans7 |
Pada
akhirnya kita semua harus bijak saat menonton televisi, karena akan berdampak
negativ jika tidak didasari oleh kuatnya iman dan pengetahuan seseorang. Bagi
saya televisi adalah kotak sihir manipulativ dan penghipnotis masal yang mampu
mengubah prilaku seseorang tanpa disadari. So… Harus selalu memilih program
atau acara yang akan ditonton bagi keluarga tersayang.
Berikut ini hasil liputan kelompok 3 "Getek Palembang" dan liputan langsung saat workshop trans7 di Palembang saat berada di kelas Editing.
Sabtu, 06 Agustus 2016
Toba Lake Travel Story : Pesona Indonesia di Tanah Batak
By RudiSabtu, Agustus 06, 2016Danau, Indonesia, Karya Ku, Pengalaman, Sastra, Traveling
Tidak ada komentar:
Selamat Datang di Sumatra Utara
Danau
Toba merupakan salah satu tujuan wisata terpopuler di Indonesia bagi wisatawan
dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu, liburan kali ini saya memutuskan
untuk traveling danau Toba yang
merupakan danau terluas se Asia Tenggara. Perjalanan saya mulai dengan menggunakan
pesawat dari Palembang menuju Medan. Setelah dua jam berada di pesawat,
akhirnya saya tiba di Bandar Udara Internasional Kualanamu, ternyata bandara
ini sangat megah dan besar, saya sangat takjub melihat sekeliling bandara ini.
Saya keluar dan duduk kursi teras didepan ruang terminal kedatangan domestik
sambil menunggu sobat trip saya kali
ini dari Padang, namanya Danang dan Mardhi. Tepat pukul 09.45 WIB akhirnya
mereka tiba, kami langsung bergegas mencari mini bus travel murah menuju Danau Toba. Mengingat di kota medan ada
beberapa destinasi bangunan menarik, kami meminta pak supir untuk lewat Masjid
Raya AL-Mashun Medan dan Istana Maimun. Rencananya setelah berpetualang dari Danau
Toba kami akan Backpacker-an di Kota
Medan beberapa hari. Tapi saat ini cukup melihat sekilas saja dulu, sekarang waktunya
kami menikmati lima jam perjalanan menuju Danau Toba.
Foto di Danau Toba (Dokumentasi Pribadi Rudi Hartono) |
Danau Toba, Penginapan Murah dan Makan
Arsik
Matahari
mulai meredup diufuk timur, pancaran sinar jingga menutupi langit dan
memantulkannya kepermukaan air Danau Toba, sekilas kami terbawa keheningan sunset dari perbukitan. Sangat
menakjubkan…! Itulah kata yang seketika terucap perlahan, bergegas saja saya
menyiapkan kamera untuk mengabadikan momen langkah ini. Pukul 18.30 WIB
akhirnya kami sampai di Parapat, kelurahan kecil dipinggiran Danau Toba,
setelah menurunkan tas kami segera mencari penginapan murah yang harganya Rp.
140.000,-. Di Parapat memang sangat banyak ditemukan penginapan dari yang paket
hemat hingga kelas mewah, semua terserah pada pilihan para pelancong yang
datang. Setelah mendapatkan kunci kamar, saya membersikan diri dan menyempatkan
diri untuk Sholat, setelah itu kami bergegas mencari makan, maklum perut kami
belum terisi nasi sejak pesawat landing
di Kualanamu. Dari kejauhan tampak rumah makan kecil, kami masuk dan
melihat-lihat makanan yang ada dietalasenya.
“Bu,
Ikan nila itu, besar-besar kali ikanya ?” tanya saya, sambal belajar Bahasa
Batak.
“Iya
Dek, ini Ikan nila dari tambak warga Danau Toba” dengan dialek Batak ibu
menjelaskan.
Jenis
ikan yang dijual memang terlihat besar-besar, karena air Danau Toba masih dalam
kondisi baik. Malam ini kami sangat beruntung di rumah makan ini tersedia menu “arsik”
yakni masakan ikan mas bumbu kuning, karena agak sulit berjumpa dengan masakan
ini saat malam hari, yang menarik dari masakan ini adalah tambahan bumbu khas “merica
batak” yakni buah andaliman. Oya… buah andaliman merupakan buah yang satu
keluarga dengan jeruk-jerukan yang tidak pernah terlewatkan dalam masakan arsik
maupun saksang, aroma jeruk yang lembut namun “menggigit” sehingga menimbulkan
keluh atau mati rasa pada lidah. Rugi saya kalau tidak mencoba masakan khas
Batak ini, rasanya pun “mantap kali”. Jika kalian berkunjung kesini harus
mencoba masakan ini. Malam pun semakin larut, setelah makan dan menikmati
suasana malam di Parapat, kami menuju penginapan, menyiapkan rencana traveling besok dan beristirahat.
Parapat : Geliat Wisata yang Tak Pernah
Pudar
Pagi hari kami sudah menenteng tas dan berjalan
kaki, tujuan traveling hari ini
adalah jelajah Parapat. Parapat (Prapat
dalam bahasa setempat) adalah sebuah kelurahan di kecamatan Girsang Sipangan
Bolon, kabupaten Simalungun, Sumatra Utara. Tempat ini merupakan kawasan wisata
pegunungan dan danau yang terkenal baik dalam maupun luar negeri, di Parapat
kita dapat menikmati keindahan Danau Toba dari berbagai sudut, dan dari sini
juga wisatawan dapat menyebrangi Danau Toba menuju ke Pulau Samosir.
Pada saat kami berkeliling Parapat, kami
melihat banyak keramaian, ternyata pada hari Rabu berlangsung hari pasar
sehingga kami dapat melihat berbagai barang yang dijual oleh pedagang. Sayang
kami tidak datang pada bulan juni, karena pada pertengahan bulan selalu
diadakan festival Danau Toba. Pada festival yang berlangsung selama satu minggu
tersebut banyak kegiatan yag dilakukan, diantaranya pertunjukan kesenian Batak,
perlombaan perahu dan berbagai pernak-pernik barang khas yang dijual.
Beberapa tempat wisata lainya yang bisa
dikunjungi di Parapat adalah Pantai Kasih, Pantai Ujung, dan Batu Gantung,
ketiga pantai tersebut merupakan tempat dimana kita bisa berenang dan menikmati
sejuknya air Danau Toba. Di parapat juga terdapat rumah pengasingan mantan
Presiden RI yang pertama, Sukarno, meski tidak banyak orang yang tahu
keberadaanya. Selain itu, jika tertarik dengan kain tradisional Batak, yang dikenal
sebagai kain ulos kita dapat membelinya di Parapat atau di Pulau Samosir,
sementara untuk sentra penenunan kain ulos berada di Desa Labuhan Garaga,
sekitar 25 km dari parapat.
Lelah berkeliling Parapat, kami pulang
menuju penginapan kembali. Sinar matahari sore lembut menyapa kami, sunset di
Danau Toba begitu mempesona. Besok perjalanan kami pasti lebih seru dan menyenangkan
di Pulau Samosir.
Pulau Samosir : Pulau Unik
Penuh Pesona
Pagi-pagi sekali kami sudah berada di
pelabuhan Ajibata untuk melanjutkan traveling
ke Pulau Samosir, Di Parapat ada dua pelabuhan yang akan membawa penumpang ke pulau
samosir yakni pelabuhan Ajibata dan pelabuhan Tigaraja. Penyeberangan dengan
kapal feri memakan waktu sekitar 30 menit, kami sangat menikmati suasana.
Foto-foto dan melihat hamparan bukit hijau disekitar Danau Toba. Oya… Danau Toba
memiliki luas 1.130 kilometer persegi dan kedalaman sekitar 505 meter.
terbentuknya danau menakjubkan ini diperkirakan karena ledakan sekitar 75.000 tahun
lalu yang berasal dari letusan supervolcan.
Bersandarnya kapal di dermaga menandakan
bahwa kami telah sampai di pulau Samosir, Tuk-Tuk nama pelabuhannya. Sambil
berjalan mencari penginapan murah, kami menyempatkan diri berfoto bersama.
Wah…! begini rasanya berada di pulau dalam pulau, menakjubkan, apalagi warga
disini sangat ramah-ramah. Pulau samosir sendiri memiliki luas 630 kilometer
persegi, memiliki panorama yang sangat Indah. Disini banyak penjual souvenir, cindramata
dan oleh-oleh khas pulau Samosir.
Danau Toba telah menjadi pariwisata
unggulan di Sumatra Utara, yang banyak membantu perekonomian warga setempat,
sehingga warga memiliki penghasilan tambahan selain dari pertanian dan
perikanan. Di pulau Samosir nuansa Batak begitu terasa, terlihat dari bangunan
di setiap rumah warga. Jika kita pergi ke desa Tomok maka kita akan menjumpai
rumah Bolon yang penuh dengan unsur kebudayaan Batak. Suasana magis juga terasa
di pulau Samosir, hal ini terlihat pada banyaknya makam-makam di sekitar pulau,
makam ini juga unik dan memiliki ciri khas tersendiri sesuai marga dan status
keluarganya. Kuburan bagi masyarakat adat pulau Samosir merupakan prasasti atau
monumen yang sangat berharga, sebagai wujud penghormatan mereka terhadap
pendahulunya.
Berbagai wisata lainya yang dapat kita
nikmati di pulau ini seperti tarian Si Gale-Gale, melihat makam para raja yang
tersebar di pulau samosir, pemandian air panas Samosir, air terjun Simangade,
bukit Beta, Aek Natonag dan berbagai wisata lainya yang penuh nilai kebudayaan
dan sejarah. Selain itu keindahan alam di pulau Samosir jangan sampai
terlewatkan. Urusan oleh-oleh, souvenir dan cindramata di pulau Samosir
juaranya, sudah banyak yang menjual dengan harga yang cukup terjangkau dan
murah.
Dua hari sudah kami berada di pulau
Samosir, waktunya untuk melanjutkan perjalanan ke kota Medan, kami pun bergegas
pulang dengan naik kapal feri dari pelabuhan Tuk-Tuk. Perjalanan kali ini
banyak memberikan kesan yang mendalam, pelajaran dan pengalaman berharga. Danau
Toba memberikan berjuta manfaat dan menghidupkan perekonomian bagi warga yang
tinggal dan menetap disana. Daerah ini memiliki kebudayaan unik dan cita rasa
kuliner khas yang hanya bisa kita temui disini. Tidak cukup rasanya empat hari
menjelajah di danau Toba. Suatu hari nanti kami pasti datang kembali untuk
menjelajahi pesona terbaik Indonesia di pulau Sumatra Utara ini.
Senin, 01 Agustus 2016
Pesona Biru Safir “Danau Kaca” Surga Tersembuyi Desa Lempur Mudik Propinsi Jambi
Kaki ini tampaknya tak pernah mau berhenti
melangkah, menapaki pelosok negeri Indonesia. Masih ingat betul perjalanan
mendaki Gunung Kerinci dan Danau Gunung Tujuh beberapa hari yang lalu, hati ini
sudah tertaut dengan pesona danau kaco yang diceritan oleh warga Kayu Aro,
penduduk yang tinggal dilereng Gunung Kerinci.
Perjalanan dimulai tepat pukul 12.15 WIB di
Terminal angkot Sungai Penuh, saya berangkat dengan Dzulfikar, sahabat
perjuangan saya dibangku kuliah. Nampaknya hari tidak begitu bersahabat, hujan
turun begitu deras mulai dari keberangkatan kami hingga sampai didesa Lumpur
Mudik. Setelah dua jam perjalanan akhirnya kami sampai juga di desa Lempur
Mudik, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Karena hujan
sangat deras tidak ada satu ojekpun yang kami jumpai, beruntung Abang supir
berbaik hati mengantarkan kami masuk ke jalan menuju danau kaca, rute awalnya
masih berupa jalan aspal, setelah bus kecil ini melewati banjir yang ada di
jalan akhirnya kami turun karena bus tidak mampu masuk lebih jauh lagi.
Danau Kaco by Rudi Hartono |
“Nanti lurus saja Dek, jalan terus sampai ke
tugu danau kaca” instruksi yang kami dapat dari abang supir tadi. Jam menujukan waktu 14.45 kami sempat
kebinggungan karena tidak tahu arah menuju tugu sementara hujan makin deras dan
tidak kami jumpai warga setempat yang melintas atau berada disawah dekat jalan
tersebut. Kami terus berjalan hingga 30 menit, dan menemui ibu dan anak yang
sedang berada di pondok.
“Bu, danau kaca arahnya dimana ya ?” Tanya ku,
sambal menghampirinya
“Oh, Lurus aja dek, kalau dari sini masih jauh
sekitar 3 jam lagi. Sudah mau sore, mending besok saja dek” jawab ibu
menjelaskan.
Kami pun memutuskan untuk melanjutkan
perjalanan keatas, dengan harapan menemukan tugu danau kaca, minimal pondok
untuk berteduh dan menginap disana. Dengan Pakaian yang basah dan ditemani
hujan kami melanjutkan perjalanan melewati beberapa tanjakan curam berbatu,
suasananya begitu sepi hingga akhirnya kami bertemu Bule dari Irlandia yang
kami jumpai di Pos III Gunung Kerinci beberpa hari lalu, tampaknya mereka mau
pulang setelah dari danau Kaca. Kami semakin bersemangat melanjutkan langkah
kaki, dan akhirnya sampai juga di tugu danau kaca.
Kamis, 03 Maret 2016
Peningkatan Kemampuan Penulisan Akademik Bagi Mahasiswa Tingkat Akhir
Pelatihan
peningkatan kemampuan akademik bagi mahasiswa tingkat akhir diselengarakan pada
3 dan 4 Maret 2016 di ruang rapat dekanat lantai 3 Fakultas MIPA Universitas
Sriwijaya.
Berikut
ini lampiran file pelatihan tersebut :
Penulisan Pustaka Karya Tulis IlmiahMenggunkan Program EndNote
Pelatihan
GRATIS ke 2 materi diatas, hari Sabtu jam 13.00 WIB s.d 15.30 WIB di Kost Niko
Erlangga (Gang Lampung 2). Terbatas hanya untuk 5 orang setiap hari tersebut.
Note
: Wajib Membawa Laptop
Pendaftaran Peserta Ke 0856 0974 1250
Rabu, 02 Maret 2016
Edible Coating Duku
Preserving
South Sumatera Duku (Lansium domesticum) Base on Edible Coating Technique from
Shrimp Sehll Weste
Buah Duku (Image by http://2.bp.blogsop.com) |
SUMMARY
South
Sumatra is famous as the fruits producers, one of the fruits is duku. The area of
duku plantation reach 3,851 ha wich are produce 62,226 tons of duku. On the
other hand, the huge number of duku does not fulfill the needed of domestic and
export demand, it because the duku of the "shelf life" duku
relatively short. So the fruit is blackened and rotten. Therefore it is
necessary for fruit preservation methods, which is known as an edible coating.
This method use shrimp shell waste as a raw material of chitosan and further
synthesized into a coating on the skin of duku.
This
study, known waste shrimp shells can be made of chitosan and used as leather
upholstery fruit or edible coating for duku in order to have a "shelf
life" longer. Edible coating of chitosan is able to maintain the condition
of the fruit approximately 2% of the fruit skin condition before coating. This
paper explained the procedure of chitosan-making to become edible coating.
Keywords:
Duku, Chitosan, Edible Coating
Silahkan
Kirim E-Mail ke rudihartono@student.unsri.ac.id
untuk Full Karya Tulis Ilmiah
Mendaki Gunung
Pendakian merupakan salah satu
hobi saya sejak tahun 2005. Kegiatan adventure
ini sangat menyenangkan, disanalah saya mengerti arti perjuangan, disiplin,
kesabaran, team work, saat uang tidak
dibutuhkan dan hanya berharap dalam lindungan Nya semata. Dalam setiap langkah
kaki terselip syukur mendalam akan kehidupan, Betapa Maha Besar dan Pengasih
Allah SWT, Tuhan semesta alam. Menciptakan gunung-gunung sebagaimana fungsinya,
hal ini dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Quran yang artinya :
“Bukankah kami telah menjadikan bumi sebagai
hamparan (6) dan gunung-gunung sebagai pasak ? (7) (Q.S. An Naba 78 : 6-7)”
…
“Dan Dia
menancapkan gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia
menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk (15) (Q.S.
An Nahl 16 : 15)”
...
“Dan kami telah menjadikan di bumi ini
gunung-gunung yang kokoh agar ia (tidak) guncang bersama mereka, dan kami
jadikan (pula) disana jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk (31)
(Q.S. An Anbiya 21 : 31)”
Sebagian orang bertanya kepada
Ku…
“Apa untungya Mendaki
Gunung ? berlelah-lelahan untuk mencapai puncaknya”
Bagi saya mendaki gunung bukan
untuk menakluknya, tapi untuk menikmati keindahan yang telah Allah SWT ciptakan.
Berbagai misi dan tujuan saya bawa ketika melakukan pendakian diantaranya;
penanaman pohon, bersih-bersih sampah, fotografi alam, mengibarkan bendera
merah putih di puncak, menyaksikan sunrise,
menyaksikan sunset dan merasakan
nikmatnya shalat diatas ketinggian. Traveling
alam seperti ini jauh dari pandangan yang menyesatkan hati dan pikiran, kita
juga dapat menghirup udara segar serta menyaksikan flora dan fauna yang ada di
Indonesia.
Gunung yang baru saya kunjungi
belumlah banyak, namun semua memberikan kenangan yang mendalam, penuh suka cita
dan banyak cerita. Beberapa gunung yang tersebut adalah Gunung Dempo (3.158
mdpl), Gunung Kerinci (3.850 mdpl), Danau Gunung Tujuh (1950 mdpl) dan Bukit
Besar (1.700 mdpl). Saya bukanlah orang yang tergabung dalam organisasi khusus,
saya hanya melakukannya karena hobi dan kecintaan saya terhadap Indonesia, dunia
petualangan dan fotografi alam. Semoga Allah SWT masih mengizinkan saya untuk mengunjungi
beberapa gunung di tahun 2016 ini, yang tercatat diantara ratusan cita-cita tahun
2016. Gunung- gunung tersebut adalah :
1. Gunung
Semeru (3.676 mdpl)
2. Gunung
Rinjani (3.726 mdpl)
3. Gunung
Kerinci (3.850 mdpl)
4. Gunung
Papandayan (2.665 mdpl)
5. Gunung
Dempo (3.158 mdpl)
6. Bukit
Kaba (1.937 mdpl)
7. Bukit
Selero (900 mdpl)
“Puncak Gunung Bukanlah Tujuan Utama, Namun
Bisa Pulang ke Rumah dengan Selamat adalah Prioritas Utama Ku. Sungguh Kita
Hanya Bisa Merencanakan dan Mempersiapkan, Semua Tetap Allah SWT yang
berkehendak”
.: WONDERFUL
INDONESIA :.
Sabtu, 23 Januari 2016
Implementasi Delapan Pilar Pembangunan Kebudayaan Indonesia
IMPLEMENTASI
DELAPAN PILAR PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN INDONESIA SEBAGAI STRATEGI PEMBANGUNAN
NASIONAL
Oleh : Rudi Hartono
Salah Satu Tarian di Tanah Toraja (Image from www.torajaparadise.com)
Indonesia dikenal
sebagai Zamrud di khatulistiwa, memiliki
luas wilayah keseluruhan 5.193.252 km2 (Muzakir, 2006), terdiri dari
13.466 pulau-pulau yang tersebar di nusantara (kementrian kelautan dan
perikanan, 2010). Setelah mengetahui hal tersebut, pernahkah kita membayangkan “betapa luasnya tanah air kita ?” dan “berapa banyak jumlah suku dan bahasa di Indonesia ?” Hal ini sangatlah menarik mengingat Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki sekitar 1.128
suku (http://www.jpnn.com) dengan jumlah bahasa daerah tidak kurang dari 749
bahasa (http://print.kompas.com).
Oleh karena itu Indonesia memiliki harta yang tidak ternilai harganya, yakni “kebudayaan” yang begitu banyak, berbagai kebudayaan tersebut
terlihat dari keanekaragaman bahasa, seni, kearifan lokal (adat istiadat),
warisan budaya, religi, dan falsafah hidup.
Negara
sebenarnya telah menjamin kebudayaan yang ada di Indonesia, hal ini tercantum
dalam pasal 18 B undang-undang dasar 1945 ayat ke 2 menyatakan bahwa “Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
diatur dalam undang-undang”. Serta, pasal 32 undang-undang dasar 1945 ayat
ke 1 dan 2 menyatakan “(1) Negara
memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. (2) Negara menghormati dan
memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional”. Sehingga
pada tahun 2013, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
merumuskan rencana induk nasional pembangunan kebudayaan (RPINK) yang berisi
delapan pilar pembangunan kebudayaan Indonesia, terdiri dari enam pilar utama yakni
pelestarian hak berkebudayaan, pembangunan jati diri dan karakter bangsa,
penguatan multikulturalisme, pelestarian sejarah dan warisan budaya,
pengembangan industri budaya, penguatan diplomasi budaya. Dua pilar pendukung
yakni, pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan perantara kebudayaan, serta
pengembangan sarana dan prasarana budaya. Bagaiman implementasi kedelapan pilar
tersebut dapat menjadi strategi pembangunan nasional yang pada akhirnya dapat
menciptakan kesejahteraan rakyat Indonesia dan melindungi, memanfaaatkan,
melestarikan serta mengembangkan kebudayaan nasional.
Pilar pertama, pelestarian
hak kebudayaan merupakan tindakan yang memberikan hak dan kewajiban
perlindungan, pengembangan dan
pemanfaatan untuk pelestarian kebudayaan baik di tingkat pemerintah daerah dan
masyrakat sebagai sasaran utamanya. Peraturan
bersama mentri dalam negeri dan mentri kebudayaan dan pariwisata no 42 dan 40
tahun 2009 sebenarnya telah menjelaskan bagaimana upaya pelestarian kebudayaan.
Pemerintah daerah dalam hal ini merupakan pengemban amanah untuk melakukan
pelestarian kebudayaan secara menyeluruh, akan tetapi hal ini masih belum
terlihat implementasinya. Sementara itu beberapa faktor yang menyebabkan
lemahnya pelestarian hak kebudayaan di masyarakat dikutip dari RIPNK
KEMENDIKBUD tahun 2013 diantaranya, masih rendahnya kesadaran berdemokrasi,
sportivitas, rasa empati, toleransi terhadap kebebasan berserikat, berkumpul
dan mengeluarkan pendapat, dan masih banyak hal lainya. Sehingga perlu
kesadaran penuh baik di masyarakat dan pemerintah daerah untuk pelestarian hak
berbudaya. apabilah fungsi ini dijalankan dengan baik dan terarah tentu akan
menjadikan kebudayaan Indonesia semakin terpelihara, termanfaatkan, bahkan
bertambah.
Pilar kedua, pembangunan
jati diri dan karakter bangsa. Saat ini Indonesia seperti kehilangan jati diri
dan karakternya sendiri, ini terlihat nyata di berbagai segi kehidupan
bermasyarakat, diantaranya daya juang yang rendah, sportivitas menurun, prilaku
konsumtif, kreatifitas yang rendah, dan lunturnya nilai-nilai kearifan lokal
(RPINK KEMENDIKBUD, 2013). Berbagai faktor ini tentu harus diselesaikan dengan
segera, jangan sampai kebudayaan Indonesia hilang di telan zaman. Oleh karena
itu, diperlukan pembangunan jati diri dan karakter bangsa melalui rasa pendidikan,
rasa nasionalisme, dan patriotisme yang kuat untuk mempertahankakan integeritas
tanah air tercinta.
Pilar ketiga, Penguatan
multikulturalisme, merupakan salah satu bagian pembangunan kebudayaan yang
sangat dibutuhkan, mengingat banyaknya suku yang ada di Indonesia. Beberapa
faktor yang dapat mengganggu penguatan multikulturalisme adalah rendahnya
apresiasi budaya, fundamentalisme agama dan pengelompokan (RPINK KEMENDIKBUD,
2013). Apabila multikulturalisme ini disalah artikan maka akan sering sekali
terjadi konflik baik vertikal maupun horizontal. Karena perbedaan cara pandang
yang makin memperlemah rasa multikulturalisme. Pendidikan yang berwawasan
multikulturalisme (Widisuseno, 2012) dan menumbuhkan rasa kebersamaan merupakan
salah satu upaya penguatan jati diri bangsa. Harapannya kita semua bangga
terhadap kebhinekaan yang ada di Indonesia, sesuai dengan kitab sutasoma karangan Mpu Tantular / Empu
Tantular yakni “Bhinneka Tunggal Ika”
yang artinya “berbeda-beda tetapi satu
jua”. Secara mendalam Bhineka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di
Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain
sebagainya namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air (http://www.erepublik.com), dan semua itu menjadikanya
kekayaan budaya nusantara yang tidak dimiliki oleh negara lainya.
Pilar keempat, Pelestarian
sejarah dan warisan budaya. Indonesia memiliki berjuta sejarah dan warisan
budaya yang sudah sepatutnya dijaga dan dikelola dengan baik. akan tetapi, begitu
banyak penghambat pelestarian sejarah dan warisan budaya misalnya, rendahnya
program-program pelestarian, kurangnya pendanaan untuk pelestarian, kepedulian
dan peran serta masyarakat yang kurang, serta dukungan pemerintah terhadap
pelestarian masih sangat minim (RPINK KEMENDIKBUD, 2013). Permasalahan ini
dapat diatasi dengan menumbuhkan kesadaran individu, kelompok bahkan pemerintah
daerah untuk mulai peduli terhadap sejarah dan warisan budaya yang ada di
lingkungan sekitar, baik melalui perawatan, dokumentasi dan upaya lainya yang
sifatnya melakukan pelestarian. Beberapa hal yang dapat dilestarikan adalah
sejarah, benda cagar, alat tradisi, dan bahasa atau aksara daerah.
Pilar kelima, pengembangan
industri budaya. disadari atau tidak pengembangan industri budaya masih sangat
minim dilakukan, padahal akan berdampak pada pembangunan kebudayaan dan
kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Hal ini akibat dari masih rendahnya
jiwa berwirausaha masyarakat, minimnya pelatihan dan pendampingan, pengembangan
industri kreatif yang masih rendah, dan keterbatasan keahlian sumber daya
manusia (RPINK KEMENDIKBUD, 2013). Apabila permasalahan tersebut dapat teratasi
dengan baik, maka kesejahteraan masyarakat pasti meningkat dengan drastis dan pendapatan
devisa negara akan naik dari wisatawan luar negeri yang datang untuk
menyaksikan kebudayaan Indonesia. Contoh pengembangan industri budaya adalah
kerajinan, barang seni, kuliner khas daerah, pengobatan tradisonal dan pertunjukan
seni baik dilakukan dalam kegiatan atau di objek wisata tertentu.
Pilar keenam, penguatan
diplomasi budaya. Pembangunan kebudayaan Indonesia juga tidak terlepas dari
kegiatan berdiplomasi, beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk peningkatan
pembangunan kebudayan melalui pilar ini seperti, penigkatan terdaftarnya budaya
Indonesia di UNESCO dan perbaikan citra Indonesia di mata bangsa lainya. Agar negara-negara lainya tertarik datang ke
Indonesia karena budaya dan citra baik yang dibangun oleh Indonesia dari semua
segi kehidupan yakni sosial (keamanan dan keramahan) dan ekonomi. Cara lainya
adalah dengan melakukan perjanjian bilateral antara Indonesia dengan negara
lainya untuk meningkatkan wisatawan asing dari luar negeri. Langkah tersebut
pasti ampuh untuk mengundang wisatawan domestik maupun mancanegara.
Pilar ketujuh,
yakni pilar pendukung pembangunan kebudayaan Indonesia adalah dengan pengembangan
sumber daya manusia dan perantara kebudayaan. Sudah sepatutnya kebudayaan
menjadi perhatian utama pemerintah daerah, sehingga akan terbentuk kuantitas
dan kualitas kelembagaan budaya, yang berdampak pada kuatnya koordinasi
pemerintah pusat dengan daerah atau wilayah, hal ini merupakan peningkatan
prantara kebudayaan. Sementara disisi pengembangan sumber daya manusia,
diperlukan regenerasi sumber daya manusia untuk mempercepat tumbuhnya
kebudayaan yang berkwalitas, tetapi juga perlu diperhatikan upaya peningkatan
kualitas, kreatifitas dan propesionalitas sumber daya manusia (RPINK KEMENDIKBUD,
2013), agar terciptanya kebudayaan yang mumpuni dan kuat, terutama persiapan
dalam menghadapi pasar bebas ASEAN 2015.
Pengembangan
sarana dan prasarana budaya merupakan pilar terakhir yang diperlukan untuk
melakukan pembangunan kebudayaan Indonesia, hal ini dapat dilakuakan dengan
peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kebudayaan, penggunaan
teknologi moderen serta pemerataan sarana dan prasarana budaya (RPINK
KEMENDIKBUD, 2013). Contohnya adalah pemerintah diharapkan menyediakan museum,
galeri seni dan budaya, gedung pameran dan bagunan lainya yang memfasilitasi keberadaaan
kebudayaan tersebut, Sehingga kebudayaan yang ada tidak terbengkali begitu saja
karena ketidak tersediaan tempat.
Delapan pilar pembangunan
kebudayaan Indonesia RIPNK KEMENDIKBUD tahun 2013 merupakan gagasan yang sangat
baik dalam strategi pembangunan nasional, hal ini juga perlu didukung oleh arah
kebijakan pemerintah dan strategi pembangunan kebudayaan yang tepat. Hal yang perlu diingat, walaupun di Indonesia
terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya
namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air “Bhinneka Tunggal Ika”. Berbagai
permasalahan kebudayaan yang muncul sepatutnya menjadi kewajiban kita bersama
untuk melakukan perbaikan, pengembangan, peningkatan dan pemanfaatan budaya
dalam upaya pembangunan nasional yang berasal dari keragaman kebudayaan
Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan pelestarian
budaya nusantara.
|
Terimakasih Ku
Lahirku terasa baru kemarin
Saat diperdengarkan kisah ku kecil
Penuh kehangatan dan kebahagiaan
Walau besar di desa terpencil
Ya...
Hidup dalam kesederhanaan
Gubuk tua di tenggah ladang
Tanpa lampu dan cahaya penerangan
Keheningan saat malam datang
...
20 tahun sudah usia ku
Semua terasa begitu singkat
Kala ku lihat kedua orang tua ku
Penuh guratan diwajah
Telah beruban dan semakin menua
Terlintas jelas perjuangan mereka
Ingin menjadikan ku anak berpendidikan
Mengubah takdir keluarga
Dan berguna bagi bangsa
Aku bersyukur...
Aku bersyukur, dapat melihat mereka
Masih tersenyum saat aku tiba
Sungguh ingin ku bahagiakan mereka
Membalas kasih sayang dan semua jasa
Lebih dari apa yang mereka lakukan pada ku
Ku janjikan suatu hari nanti...
Indralaya,
November 2015
Karya
: Rudi Hartono
Selasa, 12 Januari 2016
Perlengkapan Camping "Mendaki Gunung"
Pendakian saat ini sedang digandrungi oleh
masyarakat Indonesia, mendaki merupakan salah satu jenis olahraga yang ekstrim, namun sangat menyenangkan dan berkesan. Oleh karena itu penting untuk
mempersiapkan berbagai perlengkapan pendakian agar kegiatan dapat berjalan
dengan lancar. Berikut ini daftar perlengkapan pendakian untuk 4 orang selama 2
malam inap, semoga menjadi referensi para traveler sekalian.
Suasana Camp Selter I Gunung Kerinci pada 29 Desember 2015 (Foto by Rudi Hartono) |
DAFTAR PERLENGKAPAN
PRIBADI
|
|||
No
|
Peralatan
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1
|
Tas Carrier
|
1 buah
|
Wajib
|
2
|
Rain Cover u Carrier
|
1 buah
|
Pilihan
|
3
|
Kantong Plastik Besar
|
5 buah
|
Wajib
|
4
|
Jaket Gunung
|
1 sd 2 buah
|
Wajib
|
5
|
Baju dan Celana Ganti
Lengkap (Luar Dalam)
|
Min 2 Setel
|
Wajib
|
6
|
Jas Hujan
|
1 Setel
|
Wajib
|
7
|
Sarung Tangan
|
1 Pasang
|
Wajib
|
8
|
Kupluk Kepala
|
1 buah
|
Wajib
|
9
|
Sleyer
|
1 buah
|
Wajib
|
10
|
Sepatu
|
1 buah
|
Wajib
|
11
|
Kaos Kaki Cadangan
|
1 sd 2 buah
|
Wajib
|
12
|
Sleeping Bag
|
1 buah
|
Wajib
|
13
|
Matras
|
1 buah
|
Wajib
|
14
|
Botol Air
|
1 buah
|
Wajib
|
15
|
Sendok
|
1 buah
|
Wajib
|
16
|
Piring Plastik
|
1 buah
|
Wajib
|
17
|
Kotak Makanan
|
1 buah
|
Pilihan
|
18
|
Hand Lamp atau Senter
(+ Batrai)
|
1 buah
|
Wajib
|
19
|
Pisau Lipat
|
1 buah
|
Wajib
|
20
|
Hand Phone
|
1 buah
|
Wajib
|
21
|
Perlengkapan
Dokumentasi
|
Min 1 buah
|
Pilihan
|
22
|
Kompas
|
1 buah
|
Pilihan
|
23
|
Survival Kit (Peluit,
Benang Jarum, Peniti)
|
1 set
|
Wajib
|
24
|
Kaca Mata
|
1 buah
|
Pilihan
|
25
|
Sandal
|
1 Buah
|
Wajib
|
26
|
Jam Tanggan
|
1 Buah
|
Pilihan
|
27
|
Plastik Kerupuk 3 / 5
Kg
|
2 Buah
|
Pilihan
|
28
|
Tongkat Pendakian
|
1 Buah
|
Pilihan
|
29
|
Plastik Kecil
|
10 Buah
|
Wajib
|
DAFTAR BEKAL PRIBADI
|
|||
No
|
Perbekalan
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1
|
Mie Instan
|
4 Buah
|
Pilihan
|
2
|
Roti Besar
|
2 Buah
|
Wajib
|
3
|
Air Mineral
|
Min 1,5 Liter
|
Wajib
|
4
|
Gula Jawa
|
1 Bongkah kecil
|
Wajib
|
5
|
Energen
|
5 Saset
|
Pilihan
|
6
|
Torabika
|
5 Saset
|
Pilihan
|
7
|
Jas Jus
|
2 Saset
|
Pilihan
|
8
|
Permen
|
5 Buah
|
Pilihan
|
DAFTAR PERLENGKAPAN
KELOMPOK
|
|||
No
|
Peralatan
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1
|
Tenda Dome
|
1 buah
|
Wajib
|
2
|
Plastik terval 4 x 4 M
|
1 buah
|
Wajib
|
3
|
Kantong Plastik Sampah
|
7 buah
|
Wajib
|
4
|
Kamera
|
1 buah
|
Wajib
|
5
|
Tas Kamera + Plastik
Pelindung
|
1 buah
|
Wajib
|
6
|
Peralatan Masak
(Trangea)
|
3 set
|
Wajib
|
7
|
Gas Botol
|
8 buah
|
Wajib
|
8
|
Parafin
|
2 bungkus
|
Wajib
|
9
|
Tisu Kering dan Basah
|
1 Pack
|
Wajib
|
10
|
Tali Rapia
|
1 Gulung
|
Wajib
|
11
|
Tali Webing / Kambing
|
1 Gulung
|
Wajib
|
12
|
Korek Api / Mancis
|
3 Buah
|
Wajib
|
13
|
Kompas
|
1 Buah
|
Wajib
|
14
|
Jrigen Air
|
2 Buah
|
Wajib
|
15
|
P3K (Obat Diare,
Paracetamol, Betadine, Kayu Putih, Antangin, Antimo, Plaster, Kasa Steril,
Adem Sari)
|
1 set
|
Wajib
|
16
|
Tripod
|
1 buah
|
Pilihan
|
17
|
Lakban
|
1 Buah
|
Wajib
|
18
|
Parang
|
1 Buah
|
Wajib
|
19
|
Karet Ban
|
2 Meter
|
Wajib
|
20
|
Pisau
|
1 Buah
|
Wajib
|
21
|
Banner Pendakkian
|
1 Buah
|
Pilihan
|
22
|
Piring Plastik
|
5 Buah
|
Wajib
|
DAFTAR PERBEKALAN KELOMPOK
|
||
No
|
Perbekalan
|
Jumlah
|
1
|
Tempe Kering
|
Secukupnya
|
2
|
Sarden
|
2 kaleng
|
3
|
Abon
|
2 bungkus
|
4
|
Susu Saset
|
12 saset
|
5
|
The Seduh
|
1 Pack
|
6
|
Gula Putih
|
1.5 kg
|
7
|
Garam
|
2 bungkus
|
8
|
Margarin
|
Secukupnya
|
9
|
Sosis
|
1 Toples
|
10
|
Corned
|
2 bungkus
|
11
|
Kecap
|
1 botol
|
12
|
Saos
|
2 saset
|
13
|
Telur Rebus / Asin
|
12 buah
|
14
|
Bawang Putih
|
3 siung
|
15
|
Bawang merah
|
1/4 kg
|
16
|
Minyak goreng
|
1 Botol
|
17
|
Beras
|
4 Kg
|